Sebagian masyarakat Hindu di Bali mungkin hanya mengenal Kuta dengan
keindahan pantainya dan sebagai pusat perkampungan turis. Padahal,
sebagai tempat wisata spiritual, Badung juga kaya akan hal itu. Salah
satunya adanya Pura Goa Gong yang terletak di Bukit Jimbaran.
Keunikan dari pura ini, selain titisan air yang terus mengalir dari
bebatuan tanpa ada pasang surutnya, ditempat ini tidak diperkenankan
melakukan membhakti upacara setiap hari Rabu. Bahkan sekalipun ada
hari-hari persembahyangan yang jatuhnya tepat pada hari itu. “Sebenarnya
bukan melarang, tetapi lebih tepatnya menghormati sejarahnya maha rsi
Dhangyang Niratha yang kebetulan pada saat beliau beryoga di tempat ini
jatuhnya pada hari Rabu ,” terang Mangku Alit.
Secara pasti belum ada literatur yang menjelaskan kapan keberadaan
pura ini, sebagian masyarakat hanya memperkirakan sudah ada sebelum
dibangunnya Pura Besakih. Mengingat Pura ini ada dari zaman masa
keberadaan Maha Rsi Dhangyang Niratha atau yang sering disebut Pedanda
Sakti Wawu Rauh. Jadi sebelum keberadaan Mpu Kuturan yang menciptakan
Pura Besakih dan paham Tri Murti.
Untuk menuju ke pura Goa Gong, dari pertigaan kampus bukit jimbaran
ambil arah menuju Selatan. Kurang lebih berjarak 3 km dari kampus bukit
sudah terpampang dua buah patung macan yang berada di depan pintu
gerbang masuk halaman parkiran Goa Gong. Bagi sebagian masyarakat di
Bukit Jimbaran Goa ini bukan asing lagi, dan diyakini sebagai tempat
untuk memohon kesembuhan bilamana ada yang sakit tak kunjung
disembuhkan.
Dari luar bibir pintu Goa sudah dapat terlihat pemandangan staklatit
dan staklamit yang mengagumkan memenuhi isi goa. Aura magis pun mulai
terasa ketika mulai melangkahkan kaki masuk pintu Goa. Selain udara yang
begitu pengap dan sinar lampu yang remang-remang, menambah suasani
mistis di areal goa yang kurang lebih lebarnya dua kali lapangan Volly.
Dalam Goa ini terdapat dua sisi ruang, yaitu dibagian atas dan bagian
bawah. Kucuran air yang menetes dari bebatuan lebih banyak dari dinding
atas bagian ruangan bawah. Untuk memasuki goa ini, umat dilarang
mengenakan alas kaki, selain lantainya sangat licin juga dapat mengotori
tempat persembahayangan dalam Goa. “Tempat ini khusus untuk mereka yang
bersembahyang, bukan berwisata. Ada juga peneliti yang datang, tetapi
lebih dahulu harus bersembahyang terlepas apapun agamanya. Harus juga
mengenakan pakaian adat Bali,” Tegas Mangku Alit.
Situs Goa Gong ini terletak pada bagian goa lantai bawah, dimana ada
sebuah batu yang terukir dari teteasan air berbentuk staklatit yang
menyerupai Gong . Selain itu, sebelum pintu goa ini ditutup masyarakat
di bawah bukit sering mendengar suara gong dari hembusan angin yang
memantul dari dalam goa. Karena itulah goa ini diberi nama Goa Gong.
Upacara persembahayanga khusus atau yang lebih dikenal Piodalan di pura ini jatuh pada Soma Ribek (Senin,Red), dua hari Setelah hari raya Saraswati.
(http://koranbalitribune.com/2012/05/13/hormati-danghyang-nirartha-rabu-dilarang-mebhakti/)
No comments:
Post a Comment