Sunday, July 7, 2013

PURA GOA GONG

Sebagian masyarakat Hindu di Bali mungkin hanya mengenal Kuta dengan keindahan pantainya dan sebagai pusat perkampungan turis. Padahal, sebagai tempat  wisata spiritual,  Badung juga kaya akan hal itu. Salah satunya adanya Pura Goa Gong yang terletak di Bukit Jimbaran.
Keunikan dari pura ini,  selain titisan air yang terus mengalir dari bebatuan tanpa ada pasang surutnya, ditempat ini tidak diperkenankan melakukan  membhakti upacara setiap hari Rabu. Bahkan sekalipun ada hari-hari persembahyangan yang jatuhnya tepat pada hari itu. “Sebenarnya bukan melarang, tetapi lebih tepatnya menghormati sejarahnya maha rsi Dhangyang Niratha yang kebetulan pada saat beliau beryoga di tempat ini jatuhnya pada hari Rabu ,” terang Mangku Alit.
Secara pasti belum ada literatur yang menjelaskan kapan keberadaan pura ini, sebagian masyarakat hanya memperkirakan sudah ada sebelum dibangunnya Pura Besakih. Mengingat Pura ini ada dari zaman masa keberadaan Maha Rsi Dhangyang Niratha atau yang sering disebut Pedanda Sakti Wawu Rauh.  Jadi sebelum keberadaan Mpu Kuturan yang menciptakan Pura Besakih dan paham Tri Murti.
Untuk menuju ke pura Goa Gong, dari pertigaan kampus bukit jimbaran ambil arah menuju Selatan. Kurang lebih berjarak 3 km dari kampus bukit sudah terpampang dua buah patung macan yang berada di depan pintu gerbang masuk halaman parkiran Goa Gong. Bagi sebagian masyarakat di Bukit Jimbaran Goa ini bukan asing lagi, dan diyakini sebagai tempat untuk memohon kesembuhan bilamana ada yang sakit tak kunjung disembuhkan.
Dari luar bibir pintu Goa sudah dapat terlihat pemandangan staklatit dan staklamit yang mengagumkan  memenuhi isi goa. Aura magis pun mulai terasa ketika mulai melangkahkan kaki masuk pintu Goa. Selain udara yang begitu pengap dan sinar lampu yang remang-remang, menambah suasani mistis di areal goa yang kurang lebih lebarnya dua kali lapangan Volly.
Dalam Goa ini terdapat dua sisi ruang, yaitu dibagian atas dan bagian bawah. Kucuran air yang menetes dari bebatuan lebih banyak dari dinding atas bagian ruangan bawah. Untuk memasuki goa ini, umat dilarang mengenakan alas kaki, selain lantainya sangat licin juga dapat mengotori tempat persembahayangan dalam Goa. “Tempat ini khusus untuk mereka yang bersembahyang, bukan berwisata. Ada juga peneliti yang datang, tetapi lebih dahulu harus bersembahyang terlepas apapun agamanya. Harus juga mengenakan pakaian adat Bali,” Tegas Mangku Alit.
Situs Goa Gong ini terletak pada bagian goa lantai bawah, dimana ada sebuah batu yang terukir dari teteasan air berbentuk staklatit  yang menyerupai Gong .  Selain itu, sebelum pintu goa ini ditutup masyarakat di bawah bukit sering mendengar suara gong dari hembusan angin yang memantul dari dalam goa. Karena itulah goa ini diberi nama Goa Gong.
Upacara persembahayanga khusus atau yang lebih dikenal Piodalan di pura ini jatuh pada Soma Ribek (Senin,Red), dua hari Setelah hari raya Saraswati.
(http://koranbalitribune.com/2012/05/13/hormati-danghyang-nirartha-rabu-dilarang-mebhakti/)

No comments:

Post a Comment

Total Pageviews